Sumber gambar: Pixabay
Semakin memanasnya kemelut proyek pembangunan bandara NYIA di Kulon Progo sampai membuat Raja sekaligus Gubernur DIY Sultan HB X mengeluarkan pernyataan di sebuah media komersil tingkat nasional, sebut saja Detik. Pernyataan tersebut kurang lebih seperti ini “Mahasiswa urusannya opo?”. Itu memang bukan kalimat pernyataan, melainkan kalimat pertanyaan. Namun pernyataan tersebut dapat ditafsirkan menjadi “Mahasiswa itu tidak punya urusan dalam masalah pembangunan bandara di Kulon Progo!”. Itu tafsiran saya pribadi, kalau ada pembaca yang merasa punya tafsiran yang lebih sahih silakan untuk disampaikan ke saya. Saya sebagai mahasiswa yang sudah cukup berumur sangat sepakat dengan pernyataan Pak Sultan tersebut.
Sebelumnya
perlu diketahui, bahwa proses pembebasan lahan untuk pembangunan NYIA sudah
kembali dilakukan sejak beberapa hari lalu, penggusuran demi penggusuran pun
tak dapat dielakkan. Penolakan keras terjadi, tidak hanya dari masyarakat
setempat, tapi datang juga dari berbagai wilayah dan elemen, terutama
mahasiswa. Bahkan dalam berbagai media nasional yang sudah dapat sertifikat
dari Dewan Pers menyebutkan aksi-aksi penolakan tersebut sampai berakhir pada
bentrokan dengan aparat. Inilah yang memicu keluarnya pernyataan “Mahasiswa
urusannya opo?” dari Sultan.
Sekali
lagi saya sependapat dengan pernyataan Sultan, mahasiswa itu tidak punya urusan
apapun dalam masalah ini. Mereka yang ikut-ikutan menolak proyek dapat
dipastikan mahasiswa kurang kerjaan, pasti juga jomblo. Selain kurang kerjaan
dan jomblo, mereka juga mahasiswa dengan pemikiran primitif yang anti
pembangunan. Mereka tidak paham kalau bandara adalah infrastruktur yang menjadi
kepentingan bersama, baik bersama birokrat maupun korporat. Negeri ini tidak
akan maju kalau mental-mental generasi mudanya seperti ini, kita hidup di era
globalisasi coy, agar bisa bersaing, harus pandai-pandai menggaet investor.
Pokoknya apa yang bisa dijual, jual. Masa begitu saja enggak paham, percuma
kalian disekolahkan tinggi-tinggi sampai Jogja.
Mahasiswa-mahasiswa
itu sok-sokan mau membela rakyat tertindas, padahal nasib kuliah mereka sendiri
saja terbengkalai. Mbok ya jadi mahasiswa ndak usah neko-neko, belajar yang
bener, biar bisa lulus tepat waktu, lalu kerja di perusahaan-perusahaan
multinasional. Syukur-syukur bisa juara lomba sana-sini untuk mendongkrak citra
kampus. Kita ini sudah reformasi, bukan di zaman orba lagi. Sudah tidak zaman
lagi mahasiswa turun ke jalan, demonstrasi, apalagi sok-sokan mau jadi pahlawan
untuk rakyat tertindas. Lagian buat apa sih repot-repot membela warga Kulon
Progo yang mau digusur itu, lha wong mereka hanya menuntut ganti rugi yang
lebih besar kok. Hanya masalah uang, tak perlulah mendramatisir yang
macem-macem. Mending ikut aksi-aksi angka cantik, setidaknya di sana dapat nasi
bungkus. Mahasiswa yang ikut campur dalam masalah pembangunan bandara ini juga
dipastikan hanya nyari panggung saja, terutama mereka yang berniat terjun ke
dunia politik. Ya biar bisa menggaet hati masyarakat, atau setidaknya bisa
pamer foto-foto mereka di tengah penggusuran ke sosial media untuk mendapat
simpati dari warganet.
Ada
lagi yang mengatakan kalau aksi mereka ini adalah upaya untuk mempertahankan
lahan pertanian, dimana pertanian adalah sumber kehidupan. Katanya manusia bisa
bertahan tanpa bandara, tapi tidak bisa bertahan tanpa makanan yang dihasilkan
dari pertanian. Lagi-lagi ini adalah pemikiran yang sangat primitif, sempit, pendek,
logika yang bengkok. Pasti mereka tidak pernah baca berita di media-media
terkenal, sehingga tidak tahu kalau sektor agraris bukan lagi jadi andalan
negeri ini. Pemerintah kan sudah bilang, kalau kita sudah tidak bisa lagi
bergantung pada sektor agraris, kita harus beralih menjadi negara industri. Dan
bandara adalah infrastruktur yang sangat tepat untuk mendongkrak terwujudnya
negara industri yang sukses. Masalah pangan itu bisa diatur. Kalau kita sudah
sukses menjadi negara industri, bandara jadi, tol jadi, kereta cepat jadi,
pokoknya semua infrastruktur sudah jadi, otomatis perekonomian akan tumbuh
dengan sangat pesat. Kalau sudah seperti itu, masalah bahan pangan urusan
gampang, tinggal impor saja dari Cina, beres!. Tanam menanam itu budaya masyarakat
di negara tertinggal, kalau sudah jadi negara industri yang maju, nggak level
lah yang namanya bercocok tanam.
Lagian
ngapain juga jauh-jauh ke Kulon Progo, tidur di emperan masjid yang sudah mau
digusur (kalau sempat tidur), siangnya berjibaku dengan aparat, bahkan tidak
jarang dapat perlakuan kasar. Mau jadi mahasiswa yang anti kemapanan? Enakan
juga di kos, main game online. Atau nongki-nongki di kafe atau mall sama
teman-teman, sembari nyari pemandangan gadis-gadis seksi berpaha mulus, syukur
ada yang bisa digebet, lumayan kan jadi bisa menghemat sabun di rumah (nggak
ada hubungannya). Atau buat para aktivis mahasiswa, mending fokus sama program
kerja di organisasinya masing-masing. Syukur-syukur buat program kerja yang
bisa menghasilkan banyak piala, supaya bisa mendongkrak citra kampus. Kalau
program yang sifatnya hore-hore perlulah sekali-kali, mahasiswa zaman now gitu
loh. Yang tidak kalah penting juga jangan lupa untuk rajin-rajin menjilat
birokrat kampus, supaya anggaran tahun depan tidak dipotong, syukur-syukur bisa
ditambah, lumayan buat beli gorengan untuk rapat. Daripada ikut-ikutan jadi
relawan ndak jelas seperti itu, capek, kotor, buang-buang waktu, masih mending
ndak kena pentungan aparat. Apalagi kalau sampai tercyduk, ndak kebayang perasaan
orang tua, disekolahin tinggi-tinggi malah masuk bui.
Pembangunan
bandara itu laa roiba fih, tidak ada keraguan di dalamnya, sebab bandara adalah
salah satu kepentingan umum. Tidak hanya bandara, tapi juga
infrastruktur-infrastruktur lainnya, seperti tol, kereta cepat, pembangkit
listrik, tambang, pabrik, sampai mall, itu adalah untuk kepentingan bersama.
Saya sangat mendukung pembangunan-pembangunan tersebut, meski harus ada
penggusuran, toh yang digusur hanya rakyat-rakyat kecil yang tidak terlalu berjasa
untuk negara. Kalau bisa semua lahan dibangun, demi mendongkrak perekonomian
negara. Kalau sudah ada bangunannya, tidak usah ragu untuk digusur, tak
terkecuali keraton, pasti akan lebih berfaedah karena digunakan untuk
kepentingan bersama.
Yogya,
10 Desember 2017
Diterbitkan
pertamakali di www.wartafeno.com