Moksa

Sumber gambar: pixabay

DI SUDUT kota ini aku terus berjalan
Menyusuri lorong-lorong kelam yg kerap dihinakan, tanpa tujuan
Dipecundangi kenyataan
Juga dikecewakan harapan

Di sudut perempatan, anak-anak kecil lesu menjajakan koran
Tak jauh, manusia tengah bergumul, memadu nafsu di pinggiran jalan
Rembulan malu-malu mengintip dari celah awan hitam berarakan
Seolah lelah menemani malam yg penuh kebangsatan

Benar saja, tak lama ia menghilang
Disusul rintik gerimis yg mulai datang
Si anak kecil penjual koran makin malang
Dan sepasang muda mudi makin asyik berpagutan meski tanpa bintang
Mereka itu manusia atau binatang?

Aku berteduh di bawah halte tua yg karatan
Gerimis kini berubah jadi hujan
Menjelma jutaan kaki para dewa yg ramai-ramai turun dari khayangan
Apa di atas sana sedang ada peperangan?
Jika iya, mereka salah turun ke daratan

Dadaku sesak, kebanyakan menghirup asap kendaraan
Pakaianku kuyup, atap halte tak mampu membendung derasnya hujan
Ah, punggung ringkih ini mulai kusadarkan
Mata lelah juga aku pejamkan

Seorang perawan menyadarkanku ketika hujan sudah reda
Malam juga sudah tiada
Aih, dia adalah perawan yg enam tahun lalu aku panggul di atas keranda
Masih setengah sadar, padanya aku berkata

"Kau sudah mati, kenapa turun ke daratan?"

"Ini bukan daratan, ini khayangan"

Playen, 14 Nov. 18

Komentar