Kalimat yang paling disukai sobat gurun dari seorang Karl Marx adalah "agama itu candu".
Tentunya kalimat itu tak pernah lupa mereka sampaikan kepada para jamaahnya untuk membangun narasi antitesis antara Karl Marx dengan agama. Dari situ mereka akan membawa ke sebuah konklusi bahwa Marxisme=Komunisme=PKI=Ateis. (Untuk yang paham silakan saya kasih waktu 2 menit untuk tertawa, semoga cukup).
Sayangnya mereka tidak pernah mencoba membaca tesis Karl Marx itu sedikit lebih lengkap saja, kebanyakan hanya puas dengan quote-quote di Googel atau Instagram serta doktrin-doktrin akun online shop syariah, mentok di grup WhatsApp keluarga.
Coba kita baca tesis Marx yang sedikit lebih lengkap seperti di bawah ini:
"Agama adalah keluh kesah dari masyarakat yg tertindas, hati dari dunia yg tidak berhati, dan jiwa dari keadaan tidak berjiwa. Agama adalah candu atau opium bagi masyarakat"
Kalimat tersebut merupakan ekspresi penderita manusia di muka bumi, sekaligus ungkapan protes Karl Marx atas keadaan yang ada saat itu. Kemudian soal opium atau candu yg kerap disitir oleh sobat gurun, ketika Marx masih hidup yaitu sekitar abad ke 19, opium atau candu memiliki konotasi yg positif. Opium merupakan obat murah yang biasa digunakan para kaum pekerja, sehingga dianggap banyak manfaatnya. Berbeda dengan konotasi yg dimiliki opium saat ini. Penggambaran ini menunjukkan bahwa Marx sangat menghargai dan menjunjung tinggi agama.
Ini adalah soal konteks, ya seperti ketika kita berbicara larangan seorang pria memakai celana atau kain melebihi mata kaki. Nabi mengatakan ini karena pengaruh budaya yang berkembang di zamannya, di mana saat ini budaya tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Jadi, apakah tepat jika kita mengatakan Marxisme itu ajaran ateisme, yg tidak percaya Tuhan. Jangankan Tuhan, dari tesis di atas bahkan sangat jelas bagaimana Karl Marx menjunjung tinggi agama.
Jadi intinya apa? Nggak ada. Cuman mau pamer teori aja, biar dikira cerdas.
sumber gambar: Pixabay
Komentar
Posting Komentar