Golput

GOLPUT
x

(supaya suasana makin keruh, karena di dalam keributan pasti ada uang)
Orang-orang yang golput itu karena sudah berkali-kali dikecewakan, sehingga tak percaya lagi dengan konstestasi pemilu yang katanya pesta demokrasi itu.
Mereka kecewa dengan kepemimpinan Jokowi, tapi enggan dipimpin Prabowo (ini hanya asumsi).
Logikanya, orang yang tidak percaya itu seharusnya diyakinkan, bukan malah dikata-katai bodoh, just stupid, berwatak benalu, atau pengidap psycho-freak seperti kata simbah ahli filsafat yang sedang ramai diperbincangkan itu.
Analoginya, jika kita ingin melamar atau nembak seseorang yang memiliki traumatik dengan cinta, atau sederhananya asmara. Apa kita akan mencaci dia kalau dia adalah orang berhati batu yang tidak mengenal cinta, mati rasa, dan sebagainya.
Bukankah kita seharusnya berusaha meyakinkan dia bahwa cinta itu sebenarnya tidak seburuk yang dia pikirkan. Caranya apa? Ya tentunya dengan aksi dong, buktikan bagaimana cinta itu saling menjaga dan melindungi, saling membahagiakan, saling melengkapi alih-alih mengeksploitasi, tunjukan bahwa cinta itu suci, dan cara-cara lain yang saya sendiri sangat awam soal itu.
Tapi saya pikir ini bisa diterapkan dalam dunia politik. Kalau orang yang kecewa dan sudah kehilangan kepercayaan malah dikata-katai bahkan diancam, bukannya sadar malah makin muak dengan politik. Bukan juga dengan janji-janji manis, melainkan dengan perilaku-perilaku politikus dan pejabat yang mencerminkan bahwa politik itu suci, bukan sekadar teori.
Sebagai penutup, saya pernah bertanya kepada seorang petani di pesisir Yogyakarta,
Saya: Kira-kira ada bantuan dari pemerintah yang diharapkan petani di sini tidak, Pak?
Pak Tani: Nggak mas, kami nggak perlu bantuan apapun. Cukup mereka tidak usah mengganggu dan mengusik kehidupan kami, sudah cukup mas.
Itu salah satu contoh ketidak percayaan mereka pada pemerintah, bahkan pada Negara.

sumber gambar: Pixabay

Komentar