Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat, Sebab Jogja Tetap Istimewa


Menu kopi dan cemilan di Kedai Kopi Pak Rohmat (Kabar Buruk)

Apa sih yang tidak ada di Jogja?

Kalimat tanya itu seakan semakin menegaskan kalau Jogja selalu punya sesuatu untuk memanjakan siapa pun. Membuat mereka yang pernah tinggal di Jogja selalu berat untuk meninggalkannya.

Tidak bisa dipungkiri, slogan ‘Jogja Berhati Nyaman’ masih tetap relevan meski semakin banyak juga slogan tandingan ‘Jogja Berhenti Nyaman’. Selama ini, istimewanya Jogja kerap dimaknai sebagai tugu, angkringan, dan kenangan. Tapi ada satu lagi yang membuat Jogja tetap istimewa, Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat.

Terletak di Samigaluh, Kulon Progo, Kedai Kopi milik Pak Rohmat menambah daftar alasan, mengapa Jogja tetap istimewa. Khususnya bagi mereka para pecandu kopi. Kedai kopi yang dirintis sejak 2010 ini menambah alternatif tempat ngopi, terutama ketika jenuh ngopi dengan suasana kota. Mengusung konsep pedesaan membuat Kedai Kopi Pak Rohmat memiliki daya tarik tersendiri.

Meski cukup jauh dari pusat Kota Jogja, sekitar satu setengah jam berkendara dengan kecepatan sedang, kedai kopi ini selalu ramai pengunjung setiap hari. Tidak hanya jauh, untuk mencapainya kita juga harus menyusuri jalan berliku dan naik-turun khas pegunungan Kulon Progo.

Samping kanan tebing tinggi, samping kiri jurang curam adalah pemandangan yang akan banyak dijumpai. Tapi percayalah, seperti pepatah Jawa, ‘Jer Basuki Mawa Beya’ – setiap kesuksesan pasti memerlukan pengorbanan. Begitu juga, untuk sukses menikmati kopi khas menorah racikan Pak Rohmat, kita juga perlu pengorbanan.


Dari depan tak tampak sebuah kedai kopi. Tapi tenang, karena kedai kopi sesungguhnya ada di belakang rumah Pak Rohmat. Ada beberapa gazebo sederhana dari kayu dan bambu, semakin memperkuat nuansa pedesaan. Kedai kopi milik Pak Rohmat juga menjadi tempat yang tepat untuk menghirup udara segar sembari menikmati secangkir kopi. Sebab letaknya langsung berbatasan dengan kebun yang masih rimbun dengan bermacam pohon. Bahkan belakang kedai adalah lembah yang di dasarnya terdapat sebuah air terjun. Pengunjung juga bisa jalan-jalan ke kebun kopi milik Pak Rohmat, jaraknya dapat ditempuh selama dua puluh menit berjalan kaki.

Ada tiga jenis kopi yang dapat dipesan, robusta, arabika, dan kopi lanang. Kopi lanang adalah kopi berbiji tunggal. Konon kopi berbiji tunggal ini memiliki aroma yang lebih kuat. Kopi arabikanya memiliki rasa yang tidak terlalu asam, seperti arabika-arabika biasanya. Yang jadi andalan di sini adalah kopi robustanya. Bagi penikmat kopi yang jeli akan merasakan sedikit rasa cokelat ketika menyeruputnya. Bukan karena ada campuran cokelat, tapi murni dari karakter kopi itu. Menurut Pak Rohmat, karakter cokelat itu karena pohon kakao yang ditanam di sekitar pohon kopi miliknya.

“Soalnya selain kopi, saya juga menanam kakao juga mas, bareng-bareng,” jelas Pak Rohmat dengan ramah.

Selain kopi, kita juga bisa memesan bermacam cemilan tradisional dan beberapa makanan berat seperti ayam kukus dan rica-rica mentok. Sepaket cemilan tradisional berisi kacang rebus, singkong rebus, tahu isi, dan geblek sangat cocok sebagai teman kopi.

Jangan dikira Pak Rohmat memiliki alat-alat modern seperti berbagai alat brewing seperti di kafe-kafe pada umumnya. Ia meracik kopinya dengan cara sederhana, yakni dengan cara merebus langsung bubuk kopi. Cara ini biasa disebut Turkish brew. Dari generasi ke generasi, metode inilah yang paling sering digunakan warga setempat. Kesan sederhana ini terus dipegang sampai sekarang.

“Kita tidak pakai alat-alat modern mas, untuk nyeduhnya kita lakukan dengan merebus langsung bubuk kopi dengan air,” tambah Pak Rohmat.

Tidak hanya proses penyeduhannya saja yang sederhana, pun proses pengolahan biji kopinya. Setelah disortir secara manual, dipisahkan dari biji kopi yang rusak, biji kopi disangrai secara tradisional menggunakan tungku dan wajan tanah liat. Setelah disangrai, biji kopi digiling, baru bisa disedu menjadi secangkir kopi.

Pak Rohmat juga tidak langsung mengolah semua biji kopi yang sudah masak. Ini dilakukan untuk menjaga kesegaran biji kopi racikannya. Selain menikmati kopi di tempat, Pak Rohmat juga menyediakan bubuk kopi kemasan. Cocok untuk dijadikan oleh-oleh.
Awalnya Pak Rohmat hanya menawakan kopi racikannya kepada teman-teman sendiri. Saat itu Ia masih bekerja sebagai kuli bangunan. Siapa sangka, kopinya menuai banyak pujian dan digemari banyak teman-temannya.

“Tidak nyangka bisa jadi seperti sekarang, awalnya hanya ditawarkan ke tetangga-tetangga, eh ternyata pada suka,” pungkasnya.

Hingga kini kedai kopi yang dirintisnya terus berkembang. Bahkan banyak menjadi percontohan untuk usaha-usaha serupa. Tidak terlalu muluk-muluk jika Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat ini menjadi salah satu alasan, mengapa Jogja masih istimewa. Juga membuat Jogja tetap berhati nyaman.

Komentar

Posting Komentar