AKU selalu
takut, setiap malam hampir habis. Aku takut, orang-orang bisa melihat semua
kepayahan dalam diriku, yang selama ini aku tutupi dengan retorika dan omong
besar. Aku takut, ketika matahari mulai berpendar selepas subuh. Ketika suara-suara
manusia mulai riuh terdengar, mengusir malam yang tenang.
Kenapa
semakin hari, hidup semakin menyeramkan? Manusia semakin kejam. Luka, duka,
lara, tangisan, pekikan, jerit kesakitan, rintihan, terus terdengar setiap
hari, setiap saat. Cacian, hinaan, umpatan, benci, semua membaur, membuat hari
ini terasa lebih mengerikan ketimbang perang Mahabarata di Kurusetra.
Aku tak
bisa berpikir, bagaimana Pancasila dengan Ketuhanan yang Maha Esa-nya justru disembah
sebagai berhala baru. Aku tak bisa berpikir, bagaimana Pancasila dengan
Kemanusiaan yang adil dan beradab-nya, justru dijadikan alat untuk merampas
hak-hak manusia lainnya.
Aku
benar-benar tidak mengerti, kenapa Pancasila dengan Persatuan Indonesia-nya,
justru dijadikan alat untuk merobek-robek persatuan itu sendiri. Aku tak tahu,
kenapa Pancasila dengan nilai musyawarah dan mufakatnya itu justru dijadikan
alat untuk menyumpal mulut orang-orang yang tidak sependapat. Bahkan, aku tak
habis pikir kenapa Pancasila yang katanya menjunjung tinggi keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia itu justru menjadi alasan untuk bersikap pilih
kasih.
Sampai
sekarang, aku juga masih bertanya-tanya, kenapa sila ketuhanan digambarkan
dengan bintang pentagon seperti yang ada di bungkus puyer obat sakit kepala? Apakah
karena para pendiri negeri ini adalah orang-orang mumet? Aku juga masih bertanya-tanya, kenapa kemanusiaan
dilambangkan dengan rantai? Apakah itu artinya tugas negara adalah merantai dan
mengekang kebebasan rakyat?
Aku sama
sekali tak mengerti, kenapa sila persatuan itu dilambangkan dengan beringin? Ah,
bukankah akar beringin itu bisa menjalar sampai jauh ke mana-mana untuk
menyerap air? Apakah ini artinya tugas negara adalah untuk mengisap rakyat?
Entah.
Yang pasti,
aku juga tidak paham kenapa musyawarah mufakat dilambangkan dengan kepala
banteng. Apakah untuk melambangkan rakyat dan pemerintah kita yang ngamukan
seperti banteng? Lalu, kenapa keadilan dilambangkan dengan padi dan kapas? Aku
pernah dengar, katanya ini melambangkan pemerintah kita yang kerjanya cuman
makan dan tidur.
Sssssstttttt,
jangan bilang siapa-siapa ya, takutnya besok pagi ada ormas yang datang ke
rumahmu. Sini aku bisiki, apa nama ormas itu. Ormas itu bernama negara.
Aku
benar-benar tak tahu, apa yang sedang terjadi sekarang. Aku merasa semuanya
menjadi anomali. Banyak sekali yang ingin aku ceritakan, tapi sepertinya
semesta tak mau mendengar. Banyak juga hal lain yang ingin aku tanyakan, tapi sepertinya
tak ada yang mau memberikan jawaban.
Banyak
sekali hal yang ingin aku tanyakan. Tentang bagaimana bayi bisa bernapas di
dalam rahim ibunya. Bagaimana bisa ada air di dalam buah kelapa. Bagaimana elit
global menguasai perekonomian dunia. Bagaimana John Lennon bisa membuat lagu
seindah Oh My Love.
Bagaimana bisa sebuah boneka menjadi presiden di negara
yang jumlah penduduknya ratusan juta. Aku ingin bertanya, kenapa Tuhan
menciptakan benci, sementara cinta sudah bisa membuat semua jadi indah. Aku juga
ingin bertanya, kenapa aku bisa sangat merindukanmu?
Yogya, 5 Juni 2020
Gambar: Pixabay
Nanti ada yang bisikin, "ini uang buatmu, hapus postingannya."
BalasHapus
BalasHapusAJOQQ menyediakan 9 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
WA;+855969190856