Secarik Surat #1



AKU selalu takut, setiap malam hampir habis. Aku takut, orang-orang bisa melihat semua kepayahan dalam diriku, yang selama ini aku tutupi dengan retorika dan omong besar. Aku takut, ketika matahari mulai berpendar selepas subuh. Ketika suara-suara manusia mulai riuh terdengar, mengusir malam yang tenang.

Kenapa semakin hari, hidup semakin menyeramkan? Manusia semakin kejam. Luka, duka, lara, tangisan, pekikan, jerit kesakitan, rintihan, terus terdengar setiap hari, setiap saat. Cacian, hinaan, umpatan, benci, semua membaur, membuat hari ini terasa lebih mengerikan ketimbang perang Mahabarata di Kurusetra.

Aku tak bisa berpikir, bagaimana Pancasila dengan Ketuhanan yang Maha Esa-nya justru disembah sebagai berhala baru. Aku tak bisa berpikir, bagaimana Pancasila dengan Kemanusiaan yang adil dan beradab-nya, justru dijadikan alat untuk merampas hak-hak manusia lainnya.

Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa Pancasila dengan Persatuan Indonesia-nya, justru dijadikan alat untuk merobek-robek persatuan itu sendiri. Aku tak tahu, kenapa Pancasila dengan nilai musyawarah dan mufakatnya itu justru dijadikan alat untuk menyumpal mulut orang-orang yang tidak sependapat. Bahkan, aku tak habis pikir kenapa Pancasila yang katanya menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu justru menjadi alasan untuk bersikap pilih kasih.

Sampai sekarang, aku juga masih bertanya-tanya, kenapa sila ketuhanan digambarkan dengan bintang pentagon seperti yang ada di bungkus puyer obat sakit kepala? Apakah karena para pendiri negeri ini adalah orang-orang mumet? Aku juga masih bertanya-tanya, kenapa kemanusiaan dilambangkan dengan rantai? Apakah itu artinya tugas negara adalah merantai dan mengekang kebebasan rakyat?

Aku sama sekali tak mengerti, kenapa sila persatuan itu dilambangkan dengan beringin? Ah, bukankah akar beringin itu bisa menjalar sampai jauh ke mana-mana untuk menyerap air? Apakah ini artinya tugas negara adalah untuk mengisap rakyat? Entah.

Yang pasti, aku juga tidak paham kenapa musyawarah mufakat dilambangkan dengan kepala banteng. Apakah untuk melambangkan rakyat dan pemerintah kita yang ngamukan seperti banteng? Lalu, kenapa keadilan dilambangkan dengan padi dan kapas? Aku pernah dengar, katanya ini melambangkan pemerintah kita yang kerjanya cuman makan dan tidur.

Sssssstttttt, jangan bilang siapa-siapa ya, takutnya besok pagi ada ormas yang datang ke rumahmu. Sini aku bisiki, apa nama ormas itu. Ormas itu bernama negara.

Aku benar-benar tak tahu, apa yang sedang terjadi sekarang. Aku merasa semuanya menjadi anomali. Banyak sekali yang ingin aku ceritakan, tapi sepertinya semesta tak mau mendengar. Banyak juga hal lain yang ingin aku tanyakan, tapi sepertinya tak ada yang mau memberikan jawaban.

Banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan. Tentang bagaimana bayi bisa bernapas di dalam rahim ibunya. Bagaimana bisa ada air di dalam buah kelapa. Bagaimana elit global menguasai perekonomian dunia. Bagaimana John Lennon bisa membuat lagu seindah Oh My Love. 

Bagaimana bisa sebuah boneka menjadi presiden di negara yang jumlah penduduknya ratusan juta. Aku ingin bertanya, kenapa Tuhan menciptakan benci, sementara cinta sudah bisa membuat semua jadi indah. Aku juga ingin bertanya, kenapa aku bisa sangat merindukanmu?

Yogya, 5 Juni 2020
Gambar: Pixabay

Komentar

  1. Nanti ada yang bisikin, "ini uang buatmu, hapus postingannya."

    BalasHapus

  2. AJOQQ menyediakan 9 permainan yang terdiri dari :
    Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
    Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
    Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
    WA;+855969190856

    BalasHapus

Posting Komentar